[Karya Twinners] The Invention of Hugo Cabret

The Invention of Hugo Cabret
Karya Salma Afira

 

Apa yang ada di benak kalian saat disodori buku yang kisahnya sudah difilmkan? Apalagi jika filmnya itu meraih 11 nominasi dan menyabet lima gelar juara di ajang bergengsi semacam Academy Award. Excited? Itu pasti.

Aku sudah menonton film Hugo Cabret yang dibintangi oleh Asa Butterfield jauh sebelum aku membaca bukunya. Oke, aku tahu ini parah. Haaaa! XD Jadi, pas adikku nyodorin buku karangan Brian Selznick yang baru dia beli ini, rasanya… Whoa, are you serious?



Karena sudah pernah begitu terpukau sama filmnya, jadi ekspekstasiku terhadap buku ini lumayan tinggi. Yang aku fikirkan adalah, “Hem, pasti isi buku ini ‘berat’.” Dan ternyata…, tara! Aku salah besar!

***


Kalau kamu bertanya-tanya dari mana asal mimpi-mimpimu ketika kamu tidur pada malam hari, lihat saja di sekitar sini. Di tempat inilah mimpi-mimpi itu dibuat.”George Milies,  The Invention of Hugo Cabret hal. 397.

Buku setebal 543 halaman ini, disajikan secara ringan dan menarik oleh si penulis.  Jauh dari kesan ‘berat’. Alurnya yang cepat membuatku sangat menikmati konflik demi konflik yang terjadi di buku ini. Yang tak kalah menarik dari buku ini adalah sketsa-sketsa yang juga digambar sendiri oleh Brian Selznick. Seperti yang dikatakan oleh The New York Times, buku ini memang benar-benar menakjubkan…, seperti memindahkan film ke atas kertas.



Buku ini mengisahkan seorang anak bernama Hugo Cabret yang berjuang mati-matian untuk mengungkap pesan rahasia melalui automaton dari mendiang ayahnya, Isabelle yang berpetualang lewat buku, dan Papa Georges yang mulai menghidupkan mimpi-mimpinya yang telah lama ‘dibuang’.

Buku ini membangkitkan rasa untuk kembali berani bermimpi bagi para pembaca, khususnya untukku pribadi. Brian mampu menyelipkan pesan-pesan itu secara ringan dan tanpa kesan menggurui. Buku ini juga sukses ‘menohokku’ untuk kembali menulis, karena ide memang tersebar di mana-mana.  Seperti yang dikatan Isabelle pada halaman 203.

“Kadang-kadang kupikir aku suka dengan foto-foto ini sama seperti aku suka film,” katanya. “Kamu bisa membuat cerita sendiri dengan melihat sebuah foto.”

Buku ini juga mengajarkanku tentang bagaimana pentingnya keyakinan dalam menggapai sebuah mimpi. Seperti Hugo yang rela melakukan apapun demi mengungkap pesan dari automaton rusak peniggalan mendiang ayahnya. Hemm, ya, walaupun pesan itu sendiri tidak benar-benar nyata, tapi Hugo tetap mempercayainya. Ia percaya bahwa manusia mekanik itu akan menuntunnya ke kehidupan yang jauh lebih baik dari sekarang.

Hugo juga menyadarkanku bahwa kita sebagai manusia, hidup di dunia ini dengan sebuah tujuan. Tujuan yang berbeda satu sama lain. Tujuan yang hanya bisa kita ketahui jika kita mulai berhenti berteori dan beralih pada kerja yang nyata. Karena pada hakikatnya, setiap manusia punya tujuan, “Untuk apa mereka hidup?”

“Kadang-kadang aku datang ke sini pada malam hari, bahkan ketika aku tidak sedang memperbaiki jam, hanya untuk melihat-lihat kota. Kamu tahu, tidak pernah ada bagian yang berlebih dalam sebuah mesin. Jumlah dan jenis setiap bagiannya tepat seperti yang mereka butuhkan. Jadi kupikir, jika seluruh dunia ini adalah sebuah mesin yang besar, aku pasti berada di sini untuk tujuan tertentu. Dan itu berarti, kamu berada di sini juga untuk tujuan tertentu.”-Hugo pada The Invention of Hugo Cabret hal. 388.

**

Yang jelas, buku ini cocok dibaca untuk mereka yang suka bermimpi, mencintai dunia seni, dunia literasi, dunia perfilman, dunia mekanik, dan dunia Harry Potter. Karena apa? Kalian harus mencari tahu sendiri jawabannya sendiri di buku ini!^^

Tulisan dan foto diambil dari sini.

Eva Sri Rahayu

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar